Sabtu, 25 April 2015

Sastra Daerah Luwu "Gua Ilan Batu"













Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat meneyelesaikan karya tulis ilmiah penulis yang berjudul “Gua Ilan Batu”.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis menghadapi berbagai macam tantangan dan masalah baik materi maupun spritual. Akan tetapi dengan segala doa, keja keras, kesabaran, dan keyakinan penulis, masalah itu dapat diatasi. Keberhasilan penulis tidak lepas dari bantuan segenap pihak yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, kami sangat bersyukur dan berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Terima kasih kepada tokoh masyarakat khususnya kepada Bapak Akib Sabaran, yang telah meluangkan waktunya untuk penulis.
Terimakasih kepada dosen pembimbing penulis, pak M.Zulham, S.Pd. yang telah memberikan tugas penelitian kepada penulis sehingga dapat menambah wawasan penulis mengenai sastra dan budaya yang ada di Luwu. Teristimewa penulis mengucapkan penghargaan yang tertinggi dan ucapan terimakasih yang tulus kepada kedua orang tua kami yang telah mengasuh, mendoakan, mencurahkan kasih sayang, dan telah berusaha payah mendidik kami untuk menjadi lebih baik.
Penulis tentunya tidak akan dapat memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis penulis. Kecuali berdoa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa membantu sesamanya.
Dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran yang kontruktuf sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Harapan dan doa penulis semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Amiin. . .
Palopo, 15 April 2015

Penyusun 



Daftar Isi
Halaman Sampul
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Sastra
2.2 Pengertian Sastra Daerah
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Gua Ilan Batu
3.2 Fungsi Gua Ilan Batu Sebagai Tempat Pernikahan
3.3 Gua Ilan Batu Sebagai Tempat Wisata Alam
3.4 Gua Ilan Batu Jarang Dikunjungi
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Gua Ilan Batu merupakan suatu tempat wisata alam yang unik, Gua ini telah ada sejak zaman batu. Gua Ilan Batu ditemukan oleh manusia dan mulai didiami  pada masa pemerintahan Datu Tau. Gua Ilan Batu terletak di Kecamatan Walenrang Barat, Desa Ilan Batu, Kabupaten Luwu.
Jarak antara Gua Ilan Batu dengan jalan poros sekitar ± 9 km dari desa Batusitanduk. Untuk sampai ke Gua Ilan Batu membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena Gua tersebut teletak disebuah desa terpencil dan jauh dari penduduk. Perjalanan menuju ke Gua Ilan Batu pun sangat menantang, dimana disebelah kanan jalan terdapat jurang dan sebelah kiri adalah gunung batu. Dan kondisi jalan yang kurang bagus, singga membuat kami harus berhati-hati. Namun demikan tidak mengurangi semangat kami untuk melakukan penelitian ke Gua tersebut, karena rasa ingin tahu kami yang sangat besar.
Maksud dari penelitian kami yaitu karena kita ketahui bahwa pada dasarnya penelitian merupakan upaya untuk mencari suatu identitas objek yang diteliti. Sehingga kami melakukan penelitian tersebut karena adanya suatu kenyataan dan keinginan menjelaskan suatu objek melalui penelitian. Adapun objek yang kami teliti yaitu mengenai Gua Ilan Batu, yang konon dijadikan sebagai tempat upacara pernikahan.
Penelitian yang kami lakukan merupakan salah satu upaya kami untuk bisa mengetahui hal-hal yang kami belum ketahui selama ini karena tempat ini adalah salah satu tempat di mana kelestariannya sangatlah dijaga dan akan terus dilestarikan serta dibudayakan, karena ini salah satu aset yang menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah  di Indonesia maupun Mancanegara yang datang.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas  maka kami mengangkat beberapa permasalahan yang kami anggap perlu untuk di ketahui, permasalahan ini antara lain sebagai berikut :
a)      Bagaimana sejarah gua ilan batu ?
b)      Apakah gua ilan batu masih di fungsikan sebagai tempat pernikahan ?
c)      Sejak kapan gua ilan batu di jadikan tempat wisata alam ?
d)     Mengapa gua ilan batu telah jarang di kunjungi ?

1.3.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas  maka yang menjadi tujuan penelitian kami yaitu :
a)      Mengetahui sejarah gua ilan batu.
b)      Untuk mengetahui, apakah Gua Ilan Batu masih difungsikan sebagai tempat pernikahan atau tidak.
c)      Untuk mengetahui, sejak kapan Gua tersebut mulai dijadikan tempat wisata.
d)     Untuk mengetahui penyebab Gua Ilan Batu telah jarang di kunjungi.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a)      Agar penulis dapat menambah pengetahuan tentang cerita rakyat yang ada di tanah Luwu.
b)      Agar pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai cerita rakyat yang ada di Luwu, khususnya cerita tentang Gua Ilan Batu.
c)      Agar cerita tentang Gua Ilan Batu dapat didiketahui masyarakat luas.
d)     Agar pemerintah dapat membantu merealisasikan kembali Gua Ilan Batu sebagai tempat pariwisata dengan memperbaiki jalur menuju Gua.
  
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1.Pengertian Sastra

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun,  dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.

2.2. Pengertian Sastra Menurut Para Ahli

1.      Mursal Esten (1978 : 9)
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

2.      Semi (1988 : 8 )
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

3.      Panuti Sudjiman (1986 : 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.

4.      Ahmad Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.

5.      Eagleton (1988 : 4)
Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.

6.      Plato
Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.

7.      Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.

8.      Robert Scholes (1992: 1)
Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda.

9.      Taum (1997: 13)
Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain”.

1.2.Pengertian Sastra Daerah
               Ajip Rosidi dalam bukunya Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia menjelaskan bahwa: “Sekalian Sastra yang ditulis dalam bahasa-bahasa Daerah yang terdapat di seluruh Wilayah Nusantara dinamakan Sastra Nusantara”. Sedangkan Sastra Indonesia hanyalah Sastra yang ditulis dalam bahasa Nasional saja (1986:10). Jadi, karena pertimbangan dari segi bahasa itulah maka di Indonesia kita mengenal adanya Sastra Daerah (Sastra Nusantara), Sastra asing, dan Sastra Indonesia. Sastra Daerah berarti Sastra yang menggunakan salah satu bahasa Daerah yang terdapat di wilayah Nusantara dan Sastra asing berarti Sastra yang menggunakan salah satu bahasa asing, sedangkan Sastra Indonesia berarti Sastra yang menggunakan bahasa Indonesia dan bukan bahasa Indonesia.


BAB III
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Goa Ilan Batu
             
 Secara etimologi Gua Ilan Batu berasal dari dua kata yaitu Ilan dan Batu. Ilan berarti “di dalam” dan Batu yang berarti “Batu”. Sebelum diberi nama Ilan Batu, Gua ini bernama ”loko pakaparan” yang artinya tempat melangsungkan pernikahan. Gua yang terletak di wilayah pegunungan Desa Ilan Batu, Kec. Walenrang Barat, Kab. Luwu, menyimpan peninggalan kehidupan manusia zaman batu. Jadi tak heran jika gua ini masuk dalam situs yang dilindungi. Gua Ilan Batu merupakan salah satu tempat wisata prasejarah yang ada di Tana Luwu, Gua Ilan Batu pertama kali didiami oleh To manurun yang dipercaya sebagai orang pertama ada di bumi. To Manurun ini kemudian diangkat menjadi “Datu Tau” yang artinya Raja Manusia. Pada saat pemerintahan Datu Tau, semua masyarakat yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Datu Tau, bertempat tinggal dan melangsungkan pernikahan di Gua Ilan Batu.  Menurut cerita, Gua Ilan Batu juga di huni mahluk yang terdiri dari Datu Sirring atau Raja Semut, Datu Seba atau Raja Monyet, dan Datu Bai atau Raja Babi.
            Konon katanya, sisa-sisa zaman prasejarah masih terjaga baik dalam gua yang memiliki 13 kamar. Setiap kamar, terdapat batu menyerupai ranjang. Kabarnya ranjang tersebut digunakan para Datu untuk beristirahat. Bukan hanya itu saja, bagian lain di dalam Gua, terdapat batu yang menyerupai meja dan kursi, batu tersebut digunakan Datu untuk makan dan minum. Menariknya lagi, di dalam Gua terdapat peninggalan-peninggalan peralatan perang yang digunakan para Datu untuk berperang. Seperti tombak, busur, parang dan badik. Sayangnya, peralatan-peralatan peninggalan prasejarah tersebut sudah hilang satu persatu diambil oleh para wisatawan yang pernah datang mengunjungi gua. Sehingga, peralatan perang para datu sudah tidak ada di dalam gua. Yang tersisa hanya batu yang mirip ranjang, meja dan kursi.
            Gua yang satu ini (Ilan Batu) kabarnya memiliki tembusan hingga ke salah satu pegunungan yang ada di Tana Toraja, dan hal ini sudah dibuktikan oleh warga Ilan Batu. Masyarakat Ilan Batu, masih percaya bahwa gua tersebut mengandung mistik yang jika ada orang yang pertama kali datang melihat gua, maka orang tersebut akan diperlihatkan seekor ular sawah yang besar. Menurut warga Ilan Batu, ular tersebut adalah penjaga gua dan hanya muncul ketika ada orang baru yang datang melihat Gua. Untuk itu, jika kita hendak ke sana (Gua), terlebih dulu mampir untuk meminta izin kepada penjaga Gua yang bernama Juhis sekaligus minta untuk diantarkan ke Gua.
            Adat istiadat Ilan Batu turunan Datu Tau memiliki beberapa ritual atau pesta untuk melepas salah satu keluarga yang meninggal, dalam adat Toraja dikenal dengan nama Rambu Solo, diantaranya, dipaggandangang (ditebukkan gendang), pemotongan  minimal 3 ekor kerbau bahkan bisa mencapai 60 ekor kerbau untuk satu orang, dan untuk pejabat yang meninggal  atau orang yang semasa hidupnya pernah berjasa untuk Ilan Batu maka namanya harus diganti sebagai bentuk penghormatan terakhir.
            Masyarakat Ilan Batu juga memiliki berbagai tarian kepemimpinan seperti tari Sumengo, tari Langkang Kojang, tari Sumajo, dan tari Lokka-lokka. Pada masa Datu Tau  tarian-tarian tersebut hanya dimainkan oleh para bengsawan, namun sekarang tarian-tarian tersebut bisa di mainkan oleh masyarakat biasa. Selain adat istiadat dan terian-tarian Ilan Batu juga memiliki pakaian adat yang ditenun.

3.2. Fungsi Gua Ilan Batu
                        Pada zaman Datu Tau, Gua Ilan Batu di fungsikan sebagai tempat upacara pernikahan untuk para kerabat Datu Tau, Ilan Batu berasal dari kata ilalan batu, artinya di dalam batu. To berarti orang. Tolanbatu berarti orang yang tinggal di dalam gua. Dahulu, orang-orang gua selalu menikahkan anak-anak atau cucunya di sana. Saat mereka keluar gua dan membuat rumah, mereka merasa tidak senang jika tidak menikahkan keturunannya di dalam gua itu. Maka gua Ilan Batu disebut juga sebagai loko pakaparan karena digunakan menjadi semacam balai nikah bagi orang-orang jaman dahulu. Namun seiring perkembangan zaman tradisi itu mulai di tinggalkan karena berbagai hal, salah satunya yaitu tempatnya yang kurang stategis dan sulit untuk dijangkau.

3.3. Gua Ilan Batu Dijadikan Tempat Wisata
            Gua Ilan Batu, pertama kali dirintis oleh Akib Sabaran pada tahun 1984, yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Desa (Kades) Ilan Batu. Untuk tetap mempromosikan keberadaan Gua Ilan Batu, supaya menjadi wisata andalan di Walmas dan khususnya di Kabupaten Luwu, maka Dinas Parawisata Kabupaten Luwu, mengangkat Juhis, sebagai si penjaga gua. Keseharian pria kelahiran 1977 ini, membersihkan gua dan biasanya dia juga bermalam sendirian di dalam gua. Selain untuk menjaga kebersihan dan kelestarian gua, juga sekaligus sebagai penjaga peninggalan sejarah agar tidak dicemari oleh para pengunjung. Dari jalan penghubung antar kampung, pengunjung langsung berhadapan dengan sekitar dua ratusan anak tangga yang harus didaki. Pengunjung dipermudah oleh pegangan besi yang cukup tinggi sehingga tidak terlalu merasa kelelahan. Menjelang pintu gua, ada satu gazebo yang dapat digunakan untuk beristirahat. Mulut gua yang lebarnya sekitar empat setengah meter menghadap ke arah timur laut.
            pada masa itu bukan hanya orang-orang sekitar daerah Ilan Batu  atau wisatawan lokal saja yang sering berkunjung ketempat tersebut. Bahkan kabarnya, Gua tersebut sudah pernah dikunjungi wisatawan asing dari Benua Eropa, seperti Inggris, Canada, dan Spanyol. Kedatangan wisatawan asing ini, tak lain untuk melihat langsung peninggalan sejarah kedatuan seperti yang disebut sebelumnya.

3.4. Gua Ilan Batu Jarang Dikunjungi                  
             Beberepa tahun setelah pemerintahan Akip Sabaran berakhir, masa kejayaan Gua Ilan Batu sebagai tempat wisata pun mulai redup, hal ini di sebabkan karena kurangnya sosialisasi yang di lakukan keluar daerah, untuk mencapai lokasi ini, harus menempuh medan yang sedikit terjal dan berbatu-batu serta akses transportasi yang belum terlalu baik mengakibatkan para pengunjung kesulitan untuk mendatanginya.







BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
        Dari pembahasan mengenai Gua Ilan Batu di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
            Gua Ilan Batu pertama kali didiami oleh Datu Tau, yang merupakan raja pada zaman itu. Pada saat pemerintahan Datu Tahu, semua masyarakat yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Datu Tau, bertempat tinggal dan melangsungkan pernikahan di Gua Ilan Batu.  Menurut cerita Gua Ilan Batu juga di huni mahluk yang terdiri dari Datu Sirring atau Raja Semut, Datu Seba atau Raja Monyet, dan Datu Bai atau Raja Babi. Adat istiadat Ilan Batu turunan Datu Tau memiliki beberapa ritual atau pesta untuk melepas salah satu keluarga yang meninggal, dalam adat Toraja dikenal dengan nama Rambu Solo, seperti di paggandangang (di tebukkan gendang), pemotongan  minimal 3 ekor kerbau bahkan bisa mencapai 60 ekor kerbau untuk satu orang, dan untuk pejabat yang meninggal  atau orang yang semasa hidupnya pernah berjasa untuk Ilan Batu maka namanya harus diganti sebagai bentuk penghormatan terakhir.
            Gua Ilan Batu tidak lagi difungsikan sebagai tempat pernikahan karena disebabkan beberapa hal, yaitu salah satunya karena tempatnya yang kurang strategis dan susah untuk dijangkau.
            Gua Ilan Batu dijadikan sebagai salah satu tempat wisata alami dibawah pemerintahan Akip Sabaran pada tahun 1984. Pada saat itu beliau menjabat sebagai kepala Desa Ilan Batu, pada masa itu bukan hanya orang-orang sekitar daerah Ilan Batu saja yang sering berkunjung ketempat tersebut, orang-orang dari luar daerah bahkan wisatawan dari luar negeri pun sering berkunjung ke Gua Ilan Batu tersebut.
            Gua Ilan Batu mulai jarang dikunjungi karena kurangnya sosialisasi yang di lakukan keluar daerah, kemudian didukung dengan kondisi jalan yang kurang baik sehingga menyulitkan pengunjung atau wisatawan menuju Gua tersebut.
4.2 Saran
            Dalam penulisan karya tulis ini tentunya masih banyak kekurangan, terlebih pada informasi yang kami dapatkan sangat terbatas. Maka dari itu kami mengharapkan agar pembaca berkenan menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada dalam penelitian ini, serta memberikan saran dan masukan atas kekurangan tersebut. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sebagai acuan bagi kami untuk menyususun penelitian yang lebih baik agar tidak terjadi kekurangan dan kesalahan yang sama lagi.





 
Lampiran :
1.      Keterangan daerah penelitian
a.       Nama daerah penelitian                : Desa Ilan Batu
b.      Kecamatan                                    : Walenrang Barat
c.       Batas wilayah                               
·         Sebelah Selatan     : Ilang Batu
·         Sebelah Barat        : Ilang Batu Uru
·         Sebelah Timur       : Batusitanduk
·         Sebelah Utara        : Sungai Lamasi
d.      Data Informan
·         Nama                     : Akip Sabaran
·         Tempat Lahir         : Simbuang, 09 Desember 1955
·         Jenis kelamin         : Laki-laki
·         Usia                       : 60 Tahun
·         Pendidikan                        : S2
·         Pekerjaan               : Tokoh Masyarakat
-          Mantan Kepala Desa Ilan Batu (1984)
-          Mantan Anggota DPR Kota Masamba ( 2009-201

Tidak ada komentar:

Posting Komentar