Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat meneyelesaikan
karya tulis ilmiah penulis yang berjudul
“Gua Ilan Batu”.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis
menghadapi berbagai macam tantangan dan masalah baik materi maupun spritual.
Akan tetapi dengan segala doa, keja keras, kesabaran, dan keyakinan penulis, masalah itu dapat diatasi. Keberhasilan penulis
tidak lepas dari bantuan segenap pihak yang telah memberikan dorongan kepada
penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, kami sangat
bersyukur dan berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu. Terima kasih kepada tokoh masyarakat khususnya kepada Bapak
Akib Sabaran, yang telah meluangkan waktunya untuk penulis.
Terimakasih kepada dosen pembimbing penulis, pak M.Zulham, S.Pd. yang telah memberikan tugas penelitian kepada penulis sehingga dapat menambah wawasan penulis mengenai sastra dan budaya yang ada di Luwu. Teristimewa
penulis mengucapkan penghargaan yang tertinggi dan ucapan terimakasih yang
tulus kepada kedua orang tua kami yang telah mengasuh, mendoakan, mencurahkan
kasih sayang, dan telah berusaha payah mendidik kami untuk menjadi lebih baik.
Penulis tentunya tidak akan dapat memberikan balasan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan karya tulis penulis.
Kecuali berdoa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
yang senantiasa membantu sesamanya.
Dengan
segala kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan tanggapan, kritikan, dan
saran yang kontruktuf sehingga penulis dapat berkarya
yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Harapan dan doa penulis semoga
karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Amiin. . .
Palopo,
15 April 2015
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Sampul
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Sastra
2.2 Pengertian Sastra Daerah
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Gua Ilan Batu
3.2 Fungsi Gua Ilan Batu Sebagai Tempat
Pernikahan
3.3 Gua Ilan Batu Sebagai Tempat Wisata
Alam
3.4 Gua Ilan Batu Jarang
Dikunjungi
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Gua Ilan Batu merupakan suatu tempat wisata alam yang unik, Gua ini telah ada sejak zaman batu. Gua Ilan Batu ditemukan oleh manusia dan mulai didiami pada masa pemerintahan Datu Tau. Gua Ilan Batu terletak di Kecamatan Walenrang Barat, Desa Ilan Batu, Kabupaten Luwu.
Jarak
antara Gua Ilan Batu dengan jalan poros sekitar ± 9 km dari desa Batusitanduk.
Untuk sampai ke Gua Ilan Batu membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena Gua
tersebut teletak disebuah desa terpencil dan jauh dari penduduk. Perjalanan
menuju ke Gua Ilan Batu pun sangat menantang, dimana disebelah kanan jalan
terdapat jurang dan sebelah kiri adalah gunung batu. Dan kondisi jalan yang kurang
bagus, singga membuat kami harus berhati-hati. Namun demikan tidak mengurangi
semangat kami untuk melakukan penelitian ke Gua tersebut, karena rasa ingin
tahu kami yang sangat besar.
Maksud
dari penelitian kami yaitu karena kita ketahui bahwa pada dasarnya penelitian merupakan
upaya untuk mencari suatu identitas objek yang diteliti. Sehingga kami
melakukan penelitian tersebut karena adanya suatu kenyataan dan keinginan
menjelaskan suatu objek melalui penelitian. Adapun objek yang kami teliti yaitu
mengenai Gua Ilan Batu, yang konon dijadikan sebagai tempat upacara pernikahan.
Penelitian
yang kami lakukan merupakan salah satu upaya kami untuk bisa mengetahui hal-hal
yang kami belum ketahui selama ini karena tempat ini adalah salah satu tempat
di mana kelestariannya sangatlah dijaga dan akan terus dilestarikan serta
dibudayakan, karena ini salah satu aset yang menarik perhatian masyarakat dari
berbagai daerah di Indonesia maupun
Mancanegara yang datang.
1.2.Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas maka kami mengangkat beberapa permasalahan yang kami anggap perlu untuk di ketahui, permasalahan ini antara lain sebagai berikut :
a) Bagaimana
sejarah gua ilan batu ?
b) Apakah
gua ilan batu masih di fungsikan sebagai tempat pernikahan ?
c) Sejak
kapan gua ilan batu di jadikan tempat wisata alam ?
d) Mengapa
gua ilan batu telah jarang di kunjungi ?
1.3.Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian kami yaitu :
a) Mengetahui
sejarah gua ilan batu.
b) Untuk
mengetahui, apakah Gua Ilan Batu masih difungsikan sebagai tempat pernikahan
atau tidak.
c) Untuk
mengetahui, sejak kapan Gua tersebut mulai dijadikan tempat wisata.
d) Untuk
mengetahui penyebab Gua Ilan Batu telah jarang di kunjungi.
1.4.Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Agar
penulis dapat menambah pengetahuan tentang cerita rakyat yang ada di tanah
Luwu.
b) Agar
pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai cerita rakyat yang ada
di Luwu, khususnya cerita tentang Gua Ilan Batu.
c) Agar
cerita tentang Gua Ilan Batu dapat didiketahui masyarakat luas.
d) Agar
pemerintah dapat membantu merealisasikan kembali Gua Ilan Batu sebagai tempat
pariwisata dengan memperbaiki jalur menuju Gua.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1.1.Pengertian Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian
istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya
sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental
nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya,
diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan,
sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra
oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman
atau pemikiran tertentu.
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa
dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah
karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya
Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair sedangkan contoh karya sastra
Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
2.2. Pengertian Sastra Menurut Para Ahli
1. Mursal Esten (1978 : 9)
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan).
2. Semi (1988 : 8 )
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
3.
Panuti Sudjiman (1986
: 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan
ungkapanya.
4. Ahmad Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis
simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
5. Eagleton (1988 : 4)
Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya
yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang
dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan,
dijadikan ganjil.
6. Plato
Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus
merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan
jauh dari dunia ide.
7. Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan
filsafat.
8. Robert Scholes (1992: 1)
Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda.
9. Taum (1997: 13)
Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau
“sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal
lain”.
1.2.Pengertian Sastra Daerah
Ajip Rosidi dalam bukunya Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia menjelaskan
bahwa: “Sekalian Sastra yang ditulis dalam bahasa-bahasa Daerah yang terdapat
di seluruh Wilayah Nusantara dinamakan Sastra Nusantara”. Sedangkan Sastra
Indonesia hanyalah Sastra yang ditulis dalam bahasa Nasional saja (1986:10).
Jadi, karena pertimbangan dari segi bahasa itulah maka di Indonesia kita
mengenal adanya Sastra Daerah (Sastra Nusantara), Sastra asing, dan Sastra
Indonesia. Sastra Daerah berarti Sastra yang menggunakan salah satu bahasa
Daerah yang terdapat di wilayah Nusantara dan Sastra asing berarti Sastra yang
menggunakan salah satu bahasa asing, sedangkan Sastra Indonesia berarti Sastra
yang menggunakan bahasa Indonesia dan bukan bahasa Indonesia.
BAB III
HASIL
PENELITIAN dan PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Goa Ilan Batu
Secara etimologi Gua Ilan Batu berasal dari dua kata yaitu Ilan dan Batu. Ilan berarti “di dalam” dan Batu yang berarti “Batu”. Sebelum diberi nama Ilan Batu, Gua ini bernama ”loko pakaparan” yang artinya tempat melangsungkan pernikahan. Gua yang terletak di wilayah pegunungan Desa Ilan Batu, Kec. Walenrang Barat, Kab. Luwu, menyimpan peninggalan kehidupan manusia zaman batu. Jadi tak heran jika gua ini masuk dalam situs yang dilindungi. Gua Ilan Batu merupakan salah satu tempat wisata prasejarah yang ada di Tana Luwu, Gua Ilan Batu pertama kali didiami oleh To manurun yang dipercaya sebagai orang pertama ada di bumi. To Manurun ini kemudian diangkat menjadi “Datu Tau” yang artinya Raja Manusia. Pada saat pemerintahan Datu Tau, semua masyarakat yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Datu Tau, bertempat tinggal dan melangsungkan pernikahan di Gua Ilan Batu. Menurut cerita, Gua Ilan Batu juga di huni mahluk yang terdiri dari Datu Sirring atau Raja Semut, Datu Seba atau Raja Monyet, dan Datu Bai atau Raja Babi.
Konon katanya, sisa-sisa zaman prasejarah
masih terjaga baik dalam gua yang memiliki 13 kamar. Setiap kamar, terdapat
batu menyerupai ranjang. Kabarnya ranjang tersebut digunakan para Datu
untuk beristirahat. Bukan hanya itu saja, bagian lain di dalam Gua,
terdapat batu yang menyerupai meja dan kursi, batu tersebut digunakan Datu
untuk makan dan minum. Menariknya lagi, di dalam Gua
terdapat peninggalan-peninggalan peralatan perang yang digunakan para Datu
untuk berperang. Seperti tombak, busur, parang dan badik. Sayangnya,
peralatan-peralatan peninggalan prasejarah tersebut sudah hilang satu persatu
diambil oleh para wisatawan yang pernah datang mengunjungi gua. Sehingga,
peralatan perang para datu sudah tidak ada di dalam gua. Yang tersisa hanya
batu yang mirip ranjang, meja dan kursi.
Gua
yang satu ini (Ilan Batu) kabarnya memiliki tembusan hingga ke salah satu
pegunungan yang ada di Tana Toraja, dan hal ini sudah dibuktikan oleh warga
Ilan Batu. Masyarakat Ilan Batu, masih percaya bahwa gua tersebut mengandung
mistik yang jika ada orang yang pertama kali datang melihat gua, maka orang
tersebut akan diperlihatkan seekor ular sawah yang besar. Menurut warga Ilan
Batu, ular tersebut adalah penjaga gua dan hanya muncul ketika ada orang baru
yang datang melihat Gua. Untuk itu, jika kita hendak ke sana (Gua),
terlebih dulu mampir untuk meminta izin kepada penjaga Gua
yang bernama Juhis sekaligus minta untuk diantarkan ke Gua.
Adat
istiadat Ilan
Batu turunan Datu Tau memiliki beberapa ritual atau pesta untuk
melepas salah satu keluarga yang meninggal, dalam adat Toraja dikenal dengan
nama Rambu Solo, diantaranya, dipaggandangang (ditebukkan gendang),
pemotongan minimal 3 ekor kerbau bahkan
bisa mencapai 60 ekor kerbau untuk satu orang, dan untuk pejabat yang meninggal
atau orang yang semasa hidupnya pernah
berjasa untuk Ilan
Batu maka
namanya harus diganti sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Masyarakat
Ilan Batu juga memiliki
berbagai tarian kepemimpinan seperti tari Sumengo, tari Langkang Kojang, tari
Sumajo, dan tari Lokka-lokka. Pada masa Datu Tau tarian-tarian tersebut hanya dimainkan oleh
para bengsawan, namun sekarang tarian-tarian tersebut bisa di mainkan oleh
masyarakat biasa. Selain adat istiadat dan terian-tarian Ilan Batu juga memiliki
pakaian adat yang ditenun.
3.2. Fungsi Gua Ilan Batu
Pada zaman Datu Tau, Gua Ilan Batu di fungsikan sebagai tempat upacara
pernikahan untuk para kerabat Datu Tau, Ilan Batu berasal dari kata ilalan
batu, artinya di dalam batu. To berarti orang. Tolanbatu berarti orang yang
tinggal di dalam gua. Dahulu, orang-orang gua selalu menikahkan anak-anak atau
cucunya di sana. Saat mereka keluar gua dan membuat rumah, mereka merasa tidak
senang jika tidak menikahkan keturunannya di dalam gua itu. Maka gua Ilan Batu
disebut juga sebagai loko pakaparan karena digunakan menjadi semacam balai
nikah bagi orang-orang jaman dahulu. Namun seiring perkembangan zaman tradisi
itu mulai di tinggalkan karena berbagai hal, salah satunya yaitu tempatnya yang
kurang stategis dan sulit untuk dijangkau.
3.3. Gua Ilan Batu Dijadikan Tempat Wisata
Gua Ilan Batu, pertama kali dirintis oleh Akib Sabaran pada tahun 1984,
yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Desa (Kades) Ilan Batu. Untuk tetap
mempromosikan keberadaan Gua Ilan Batu, supaya menjadi wisata andalan di Walmas
dan khususnya di Kabupaten Luwu, maka Dinas Parawisata Kabupaten Luwu,
mengangkat Juhis, sebagai si penjaga gua. Keseharian pria kelahiran 1977 ini,
membersihkan gua dan biasanya dia juga bermalam sendirian di dalam gua. Selain
untuk menjaga kebersihan dan kelestarian gua, juga sekaligus sebagai penjaga
peninggalan sejarah agar tidak dicemari oleh para pengunjung. Dari
jalan penghubung antar kampung, pengunjung langsung berhadapan dengan sekitar
dua ratusan anak tangga yang harus didaki. Pengunjung dipermudah oleh pegangan
besi yang cukup tinggi sehingga tidak terlalu merasa kelelahan. Menjelang pintu
gua, ada satu gazebo yang dapat digunakan untuk beristirahat. Mulut gua yang
lebarnya sekitar empat setengah meter menghadap ke arah timur laut.
pada
masa itu bukan hanya orang-orang sekitar daerah Ilan Batu atau wisatawan
lokal saja
yang sering berkunjung ketempat tersebut. Bahkan kabarnya,
Gua tersebut sudah pernah dikunjungi wisatawan asing dari Benua Eropa, seperti
Inggris, Canada, dan Spanyol. Kedatangan wisatawan asing ini, tak lain untuk
melihat langsung peninggalan sejarah kedatuan seperti yang disebut sebelumnya.
3.4. Gua Ilan Batu Jarang Dikunjungi
Beberepa tahun setelah pemerintahan Akip
Sabaran berakhir, masa kejayaan Gua Ilan Batu sebagai tempat wisata pun mulai redup,
hal ini di sebabkan karena kurangnya sosialisasi yang di lakukan keluar daerah,
untuk mencapai lokasi ini, harus menempuh medan yang
sedikit terjal dan berbatu-batu serta akses transportasi yang belum terlalu
baik mengakibatkan para pengunjung kesulitan untuk mendatanginya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan mengenai Gua Ilan Batu di atas, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Gua Ilan Batu pertama kali didiami oleh Datu Tau, yang
merupakan raja pada zaman itu. Pada saat pemerintahan Datu Tahu, semua
masyarakat yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Datu Tau, bertempat
tinggal dan melangsungkan pernikahan di Gua Ilan Batu. Menurut cerita Gua Ilan Batu juga di huni
mahluk yang terdiri dari Datu Sirring atau Raja Semut, Datu Seba atau Raja
Monyet, dan Datu Bai atau Raja Babi. Adat istiadat Ilan Batu turunan Datu Tau
memiliki beberapa ritual atau pesta untuk melepas salah satu keluarga yang
meninggal, dalam adat Toraja dikenal dengan nama Rambu Solo, seperti di paggandangang
(di tebukkan gendang), pemotongan
minimal 3 ekor kerbau bahkan bisa mencapai 60 ekor kerbau untuk satu
orang, dan untuk pejabat yang meninggal
atau orang yang semasa hidupnya pernah berjasa untuk Ilan Batu maka
namanya harus diganti sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Gua Ilan Batu tidak lagi difungsikan sebagai tempat
pernikahan karena disebabkan beberapa hal, yaitu salah satunya karena tempatnya
yang kurang strategis dan susah untuk dijangkau.
Gua Ilan Batu dijadikan sebagai salah satu tempat wisata
alami dibawah pemerintahan Akip Sabaran pada tahun 1984. Pada saat itu beliau
menjabat sebagai kepala Desa Ilan Batu, pada masa itu bukan hanya orang-orang
sekitar daerah Ilan Batu saja yang sering berkunjung ketempat tersebut,
orang-orang dari luar daerah bahkan wisatawan dari luar negeri pun sering
berkunjung ke Gua Ilan Batu tersebut.
Gua Ilan Batu mulai jarang dikunjungi karena kurangnya
sosialisasi yang di lakukan keluar daerah, kemudian didukung dengan kondisi
jalan yang kurang baik sehingga menyulitkan pengunjung atau wisatawan menuju Gua
tersebut.
4.2 Saran
Dalam penulisan karya
tulis ini tentunya masih banyak kekurangan, terlebih pada informasi
yang kami dapatkan sangat terbatas.
Maka dari itu kami
mengharapkan agar pembaca berkenan menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada
dalam penelitian ini, serta memberikan saran dan masukan atas kekurangan
tersebut. Kritik dan saran sangat
kami harapkan dari pembaca sebagai acuan bagi kami untuk menyususun penelitian yang lebih baik agar tidak terjadi kekurangan dan kesalahan
yang sama lagi.
Lampiran :
1. Keterangan daerah penelitian
a. Nama daerah penelitian : Desa Ilan Batu
b. Kecamatan :
Walenrang Barat
c. Batas wilayah
·
Sebelah
Selatan : Ilang Batu
·
Sebelah
Barat : Ilang Batu Uru
·
Sebelah
Timur : Batusitanduk
·
Sebelah
Utara : Sungai Lamasi
d. Data Informan
·
Nama : Akip Sabaran
·
Tempat
Lahir : Simbuang, 09 Desember 1955
·
Jenis
kelamin : Laki-laki
·
Usia : 60 Tahun
·
Pendidikan : S2
·
Pekerjaan : Tokoh Masyarakat
-
Mantan
Kepala Desa Ilan Batu (1984)
-
Mantan
Anggota DPR Kota Masamba ( 2009-201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar